twitter



Bulan suci Ramadhan telah datang. Pintu-pintu pahala telah dibukakan. Pun dengan syaithan yang telah dibelenggu dari melancarkan godaan. Tentu saja bagi kita, umat muslim, ini adalah kesempatan yang baik untuk beribadah semaksimal mungkin. Karena Allah swt. akan melipat gandakan amalan-amalan yang kita kerjakan.

Sudah sewajarnya jika kita ingin maksimal dalam beribadah, kita mencari kondisi yang kondusif untuk menjalankan segala amalan-amalan yang diperintahkan. Mulai dari yang wajib, hingga yang sunnah.
Sayangnya, ada saja faktor yang menyebabkan upaya kita dalam beribadah menjadi terhambat. Salah satunya adalah faktor media. Khususnya adalah media televisi. Bisa kita lihat, banyak stasiun televisi yang programnya berubah haluan menjadi program-program Ramadhan. Mulai dari humor ramadhan, konser ramadhan, sinetron ramadhan, dan beberapa acara yang sama sekali tak ada hubungannya dengan ramadhan.

Masih bisa ditoleransi jika acara-acara yang disiarkan adalah acara tausiyah, kultum, forum kajian bersam. Tetapi pantaskah disajikan lawakan segar ketika seorang muslim diharuskan untuk lebih maksimal dalam beribadah? Apakah juga pantas acara musik mengiringi deru syahdu dzikir dari mulut orang-orang yang berpuasa? Elokkah jika sinetron dengan embel-embel ramadhan membuat orang yang hendak pergi tarawih mengurungkan niatnya? Tentu saja semua itu jawabannya tidak. Tetapi televisi bukanlah sesuatu yang bisa dimaki. Ia hanya diam ketika kita memarahinya sekalipun. Oleh karenanya, kita bisa saja secara tak sadar ikut hanyut dalam hiburan yang tak jelas maksud dan tujuannya itu.

Inilah yang dinamakan tipu daya media. Para stasiun televisi tidak akan peduli dengan dampak yang ditimbulkan oleh tayangan mereka. Mereka hanya bisa melihat, ramadhan adalah lahan yang pas untuk merelease program ini dan itu. Keuntunganlah yang mereka cari. Sedangkan kita yang bertindak sebagai korban, akan terjebak dalam ghazwul fikri. Suatu serangan pikiran yang halus, dengan kedok yang menarik, dan tentu saja cukup melenakan.

Mungkin secara tampilan luar acara-acara tersebut tidak akan menggangu kegiatan Ramadhan kita. Sebab pihak penyelenggara acara telah mengatur agar program tersebut sejalan dengan suasana Ramadhan. Walaupun beberapa acara terkesan dipaksakan. Inilah yang perlu kita waspadai. Jangan sampai waktu ibadah kita habis untuk melihat tayangan-tayangan yang sangat kurang dari segi manfaatnya.

Tips-tips Agar Terhindar Dari Fitnah Media

1. Buat Skala Prioritas
Jika kita sudah tahu selama Ramadhan apa saja yang harus dikerjakan, insyaAllah acara-acara yang kurang bermanfaat dengan sendirinya akan tereliminasi dari daftar tunggu kegiatan kita.

2. Al-Qur’an Sebagai Pegangan
Di bulan Ramadhan, kebanyakan dari kita biasanya sudah menyediakan waktu khusus untuk tadarrus. Tetapi tidak ada salahnya jika kita mengambil waktu insidental untuk membaca kalam Ilahi tersebut. Itu juga sebagai upaya agar dalam satu Ramadhan, kita bisa mengkhatamkan hingga 30 juz. Apabila kita telah mengkhatamkannya sebelum Ramadhan berakhir, lebih baik lagi jika kita mengulang kembali ataupun memurajaah hafalan yang sudah didapat. Dengan adanya ketergantungan dengan Al-Qur’an, selonggar apapun waktu kita, insya Allah akan selalu ada manfaatnya.

3. Media Sebagai Penunjang Ibadah
Ini yang perlu kita tancapkan dalam pikiran. Jika kita sudah berpikir bahwa media itu penunjang ibadah, secara otomatis acara-acara yang jauh dari manfaat akan bisa kita hindari. Lebih baik jika kita melihat televisi hanya untuk melihat program tausiyah, kultum dan acara semacamnya, daripada melihat sinetron yang tidak jelas manfaat apa yang bisa diambil. Tetapi jika itu bisa untuk media refreshing, sekali-sekali tidak apa-apa. Asal yang kita tonton tidak bermudharat dan melenakan.
Semoga beberapa tips di atas bisa membuat kita lebih maksimal dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini. Dan semoga media apapun tidak sampai membuat kita lupa waktu, sehingga membuat ibadah kita menjadi terganggu. [gea]

0 comments:

Post a Comment