11 Mei 2010 -Syukur alhamdulillah karena saya telah diberikan keselamatan sampai di rumah, setelah melakukan perjalanan dari Surabaya malam ini tadi.
Subhanallah, Allah memang memberikan rezeki kepada hamba-Nya dari arah mana saja. Dan saat pulang naik bus kota tadi, saya mendapatkan sebuah rezeki yang paling berharga dari seorang bapak tua yang duduk di samping saya. Rezeki itu adalah ilmu. Dan untuk itu, setelah sampai rumah, saya langsung menulis message ini agar ilmu itu tak hilang. Bukankah cara untuk mengikat ilmu dengan menulisnya? Begitu kata ‘Ali bin Abi Thalib ra.
Langsung saja..Kebetulan kami, yang naik bus Damri sampai di terminal Bungur Asih tepat saat azan maghrib berkumandang. Dan sekitar sepuluh menit sebelum sampai terminal, beliau berpesan. “Ingat surat Al-Baqarah ayat 153...bla..bla..bla..sabar dan tegakkan shalat”. Setelah memberikan nasihat itu, kami sampai. Kami shalat bersama, setelah itu beliau melanjutkan perjalannya ke Malang. Kami pun berpisah.
Dan setelah sampai rumah, saya membuka al-Qur’an. Ternyata isi ayatnya yang lengkap berbunyi,
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:153)
Subhanallah..benarlah apa yang dinasihatkan bapak itu. Mari kita urai sedikit hadits ‘yang terlupa’ tentang Sabar dan Shalat. Yukkk!!
Yang pertama..Kita pasti sering mendapatkan mushibah. Ingatkah kita apa yang kita lakukan ketika musibah menimpa? Ngomel-ngomel kah? Atau menggerutu. Atau malah ada yang ngeluh, ‘yyyuuuhh!’ baru bilang ‘sabar..sabar..sabar.’ sambil ngelus dada. Tidak tahukah antum jika, “Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula (pertama kali) tertimpa musibah.” (HR. Bukhari)
Tanpa kita sadari, kita sering melakukan hal di atas. Saat tertimpa musibah tak langsung istighfar, tetapi nyari-nyari sesuatu yang bisa dijadikan kambing hitam dulu. Misalnya kita kepentok kursi, “Wooo, kursi nih!” nah lho! Ngambing hitamin kursi. Padahal seharusnya jika kita tertimpa musibah seperti itu, sekecil apapun, hendaknya –minimal- beristighfar, meminta ampun pada Allah atas dosa yang kita perbuat.
Dari sebuah hadits riwayat ‘Aisyah ra. “Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri atau tertimpa bencana yang lebih besar dari itu kecuali akan tercatat baginya dengan bencana itu satu peningkatan derajat serta akan dihapuskan dari dirinya satu dosa kesalahan.” (Shahih Muslim No.4664)
Jadi, jika kita mendapat musibah, marilah kita jadikan itu sebagai sebuah renungan. Juga sebagai bahan evaluasi diri atas kemungkaran yang kita perbuat, entah itu sekecil dzarah sekalipun.
Yang kedua..Ketika berdiri shalat terasa berat, ketika pejaman mata lebih menggiurkan, ketika tulang terasa tak nyambung dengan sendinya, kita sering mengatakan, “Shalat? Capeeekk!! Istirahat dulu sebentar ya!”
Bebankah shalat itu?
Iya untuk kita, tetapi itu tidak untuk Rasulullah. Ketika tulang-tulang terasa berlolosan dalam jihad, rasa kebas di otot dan kulit berkuah keringat, Sang Nabi bersabda pada muadzinnya, ”Yaa Bilal, Arihna bish shalaah.. Hai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat!”
Ya, ketika shalat dijadikan nikmat, sujud sarana istirahat, kita akan sambut shalat kita dengan hati gembira. Tak ada beban dalam shalat. Yang ada hanya istirahat bagi seorang muslim yang lelah sehabis bekerja.
Itulah yang sering kita lupakan kawan. Shalat kita anggap sebagai beban, padahal Allah memberikan shalat lima waktu sebagai sarana kita berdoa kepada-Nya. Dan bentuk ibadah yang sebaik-baiknya bagi kaum muslim adalah shalat. Di dalam bacaan shalat terdapat doa-doa yang shahih, terdapat gerakan refleksi untuk kesehatan tubuh, dan -jika mendapatkan- terdapat khusyuk yang mampu menjernihkan hati dan pikiran kita.
Semoga kita termasuk orang yang diberi kelapangan dada dan kesabaran yang luar biasa. Semoga kita juga termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tak melalaikan shalat, yang menjadikan shalat sebagai tiang agama, penyempurna iman, dan kebahagiaan tak terelakkan. Aamiin..